Rabu, 18 Maret 2015

PERTEMUAN SINGKAT

Terik yang sudah tak terlalu terasa karena jam dinding mulai menunjuk pukul dua dan itu tandanya menjelang sore pun tiba. Aku masih duduk dibangku kayu teras rumahku sembari menunggu dia, laki-laki istimewa dalam hidupku. Belum beranjak dari tempat dudukku tak terasa wakru 15 menit telah berlalu. Suara motor matic yang sudah tak asing ditelingaku membuatku tersadar dari lamunanku. Ya! kau datang. Mataku berbinar melihat penampakanmu yang telah lama aku tunggu. Langkahku semakin cepat karena aku pikir sebentar lagi aku berhasil menggapaimu. Beberapa percakapan aku lontarkan. Namun, ada perasaan aneh terbersit dalam batinku. Rasanya asing, sebenarnya aku ini sedang berbicara dengan siapa? aku harap berbotol-botol infus yang masuk dalam tubuhku kemarin tak mengubahku menjadi linglung. Kuputar otakku dua kali ternyata ini memang bukan kali pertama aku merasa asing dengan perilakumu. Mungkin, kau sedang ada masalah. Aku maklumi. Mengkambing hitamkan aku? sudah pernah aku jumpai. Berkali-kali kucoba kesampingkan perasaanku demi memerdekakanmu. Silahkan mumpung batinku masih kuat dan belum banyak tembelan yang perlahan membuatnya lapuk. Setelah semua berlalu mungkin aku berharap batinku tumbuh kembali menjadi hati batu yang keras dan tak kan kukhawatirkan kembali kerapuhannya. Aku tak mengerti sedang dalam fase apa ini. Pikiran ini selalu mengganggu konsentrasiku. Ah entahlah, mungkin juga kau tak terlalu memikirkan aku. Kau curang, bayanganmu selalu berkecamuk dalam ingatanku. Sering kukubur dalam-dalam rasa rinduku karena rinduku sering tak sampai pada tuannya. Bertatap wajah denganmu sudah membuatku sedikit lega. Bertegur sapa sudah membuatku bahagia. Terimakasih telah menjadi bagian yang istimewa.

Jumat, 06 Maret 2015

PERKARA DALAM HATI

Rasa sesak mulai menyeruap memenuhi rongga dadaku seketika kau rubah sikapmu tiba-tiba. Derai tangis mulai runtuh perlahan diiringi raungan dalam hati yang paling dalam. Ingin rasanya kuungkapkan secara lisan, namun aku tak cukup berani untuk mengungkapkannya. Aku takut menyinggung kalbumu. Awalnya kusimpan semua seorang diri saja dan berharap ini semua hanya soal waktu yang mendalangi kisah kita. Seiring berjalannya waktu kadang perasaan ini selalu muncul tiba-tiba dalam setiap perdebatan kita. Rasa tak dimengerti satu sama lain. Ku coba pahami, ego kita kelewat tinggi dan sama-sama tak ingin kalah. Sebagai yang lebih muda aku berkeinginan untuk dibimbing. Namun, aku tak bisa menyalahkanmu. Iya kamu, yang lebih berumur dewasa dari aku. Derai air mata semakin sulit kubendung saat perdebatan kita tak kunjung usai. Aku wanita, perasa, aku menangis bukan karna kelemahanku. Semua makhluk pasti pernah mengalami ketertekanan dalam tahap yang bisa diukur sendiri antar masing-masing individu. Pikiran ini mulai mengorek-ngorek ingatan yang telah lama kupendam dan sebenarnya tak ingin kuingat kembali. Dimana kalbuku merasa tergores namun bibirku tersenyum simpul seolah tak terjadi masalah apapun. Kau tau rasanya dibenci? dibicarakan kejelekannya dibelakang? selalu di cap sebagai manusia yang tak pernah baik? bukankah itu lebih dari menyakitkan, walaupun itu hanya bualan dibelakang layar yang kuketahui perlahan dari mulut orang lain. Aku mencoba untuk memperbaiki semua, karna aku manusia tempatnya pendosa. Kau selalu ingin aku membayangkan bagaimana rasanya jika aku jadi dirimu. Namun, apakah pernah kau coba rasakan jadi aku? Jika kalut tak karuan menyelimuti batinmu, kucoba beri solusi semampuku, ya setidaknya aku coba menghiburmu. Tapi jika kalut tak karuan yang menyelimuti batinku, kekesalanku tertular padamu hingga semuanya tak kunjung usai. Berpura-pura memaafkan padahal disisi lain merasa muak. Iya kan? muak dengan keegoisanku, muak dengan kekanakkanakanku. Hiburan dan rasa nyaman semata-mata hanya bayangan yang mengambang. Sulit kudapati. Menangis sewajarnya sudah mampu mebuatku merasa sedikit lega.

KALAH CEPAT


Rintik hujan semakin terasa saat udara dingin menyeruap memenuhi ruang kalbu. Rasa yang selalu menghantui pikirku masih rancu entah siapa tuannya dan berasal dari mana. Bayangmu selalu terbersit dalam setiap ingatanku menumbuhkan imajinasi yang tak tau kemana sebenarnya akan menuju. Dilain sisi ingin kumiliki dia sepenuhnya. Tapi disisi lain ada perasaan lain yang terluka. Namun bagaimana lagi? rasa ini sudah terlanjur menyeruap dalam batinku. Melepaskannya? mungkin butuh selang waktu yang cukup panjang. Dia yang mampu mengisi kekosongan batinku diasaat kehampaan datang karena perbuatannya. Iya, dia seseorang dari masa laluku yang memporak-porandakan mimpi-mimpi yang dulu pernah kubangun indah bersamanya namun akhirnya mati ditelan bumi. Aku hancur bak tertindas bangunan tua yang runtuh akibat goncangan dahsyat. Sempat asaku putus dan sulit kusambung kembali. Namun, setidaknya Tuhan masih memberi keberuntungan padaku. Aku diberi teman-teman yang selalu setia menampung keluh kesahku, dan yang paling tak kusangka sebelumnya, perlahan kau datang menyelinap dalam kehidupanku dan mencoba mengajakku bangkit dalam keterpurukan yang mungkin jika selalu disesali tak akan pernah usai perkaranya. Dan anehnya, aku merasa nyaman. Walaupun manusia yang mencoba menyelinap dalam kehidupanku ini sedikit aneh dan sulit di tebak apa inginnya, namun dia sosok yang istimewa. Dengan bimbingannya gairahku untuk hidup dan menggapai kesuksesan dimasa yang akan depan perlahan tumbuh kembali. Aku harap kita dapat mendulang kesuksesan bersama. Namun, perlahan rasa yang kumiliki bertambah besar seiring jalannya waktu. Sebenarnya kejenuhan sering menghampiri fikirku namun, aku takut mengambil jalan yang terlalu beresiko. Seseorang dari masa lalunya masih sulit berpaling darinya. Bimbang kerap menghantui batinku, apakah semua akan berakhir sampa disini atau kuteruskan tanpa tau kemana akan bermuara? Entah, semua begitu rancu. Rintanganku belum usai sampai disini. Seiring berjalannya waktu, mulai kutapaki jalan kehidupannya. Mulai mengenal apa kebiasaannya, kesukaannya, bahkan hal yang paling dia benci sekalipun. Satu hal yang membuat hatiku terguncang ketika kenyataan yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya terjadi. Rasanya inginku berteriak agar semua pilu yang menghujam kalbuku runtuh satu demi satu. Seorang teman baik yang telah hadir dalam hidupnya mendahuluiku tiba-tiba datang dan nampak sekali keberadaanya lebih diakui daripada aku. Terkadang rasanya ingin aku melontarkan semua keluh kesah padanya tentang apa yang kurasa. Namun, aku takut jika keputusan yang kuambil salah dan membuatmu pergi jauh tanpa jejak. Sekarang, aku masih nyaman dengan hubungan yang masih tak kunjung datangnya kepastian. Selalu ada disaat aku membutuhkannya untuk mewarnai hari-hariku sudah cukup membuatku merasa beruntung. Tapi disisi lain mungkin ada hati yang terluka karena ulahku. Labilku memang tak menentu. Wajarkan, aku masih dalam proses pencarian jati diri yang masih sulit aku temui. Mengapa kenyataan pahit selalu datang pada setengah jalan. Mengapa semua tak ku ketahui dari awal. Rasa dilema sering mengacaukan batinku. Namun sulit kulepas kembali apapun yang telah kugapai dengan susah payah. Andai aku mengenalmu lebih dulu daripada dia.

Selasa, 03 Maret 2015

GALAU BERKUALITAS

Galau, istilah gaul jaman sekarang yang dipengaruhi oleh globalisasi anak-anak modern yang dilanda bimbang, gelisah, dan merana. Istilah ini memang sudah lama tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia namun kata tersebut baru populer akhir-akhir ini. Penyakit ini kebanyakan muncul pada remaja yang masih labil dan butuh perhatian lebih dari orang tua. Namun tak jarang kita jumpai kaum dewasa pun pernah mengalami galau. Entah galau karena karir,galau karena keluarga, bahkan yang kerap saya jumpai adalah galau karena hutang-piutang. Lain dengan halnya remaja yang sedang dalam proses menuju dewasa sering terserang galau masalah cinta. Kalau bicara masalah cinta, sukar mendefinisikannya untuk masuk logika. Umumnya pada masa pubertas remaja sering mengalami ketertarikan satu sama lain dengan lawan jenisnya. Remaja juga punya cara sendiri untuk mengungkapkan rasa ketertarikannya masing-masing. Ada yang dengan gentle langsung mengungkapkan, ada yang menunggu waktu yang tepat, dan yang kerap saya jumpai adalah mengkode doi supaya dia peka tentang perasaannya. Cara tersebut memang cukup aneh untuk masuk logika. Memangnya doi bisa meramalkan apa yang anda rasakan? Terus memberi kode tanpa kejelasan semakin mempersempit waktu, jujur adalah solusi yang paling tepat. Memang wanita cenderung gengsi untuk mengungkapkan perasaanya lebih dulu. Kebanyakan wanita lebih suka berkoar melalui social media yang belum tentu doi membaca semua keluh kesah anda. Coba pikir kembali, bukankah waktu anda terbuang sia-sia hanya untuk memberi beberapa kode tetapi doi tak kunjung peka? Lalu meluapkan tangismu agar dia merasa iba? Sekarang sudah jaman emansipasi wanita, jadi kuatkan mental anda walaupun anda makhluk yang diciptakan dengan indra perasa yang lebih peka. Jadi untuk apa bergeming terlalu lama dalam dunia yang hanya ada dalam imajinasi belaka dan belum tentu terwujud dengan apa yang kita minta. Menangislah jika hal tersebut mampu membuat segala penat dan beban dalam benak kita runtuh perlahan, namun berkoar melalui social media hanya untuk mencari perhatian banyak khalayak adalah hal yang kurang tepat. Kepribadian seseorang tergantung sikap yang anda ambil, jadilah individu yang kuat. Coba latih asa anda agak tak rentan patah. Di luar sana banyak tawa yang menantikan senyum anda, bukan hanya dia. Dia yang selalu membuat anda berlinang air mata dan jatuh terjerembab terluka.