Kamis, 22 Juni 2017

.

semoga malam ini rinduku tersampaikan, tuan tolong terima perasaan ini walau perasaanmu sedang berantakan, mari kita tata kembali agar lebih indah dari sebelumnya :')

Selasa, 20 Juni 2017

Thirteenth

Waktu berjalan lebih cepat, kala bahagia ikut di dalamnya. Namun, yang direnungkan masih banyak, terlebih aku masih banyak kurangnya. Terimakasih ya sudah ikut andil dalam mewarnai masa putih abu-abuku, nice to meet you! Hohoho. Teruntuk aku dan kamu yg sedang bersama merajut kisah, semoga kedepannya bertambah baik, dan berarah ke positif. Maaf jika sikapku terkadang kurang menyenangkan, jauh di dasar sana rasa sayang lebih mendominasi. Lagi-lagi malamku belum sempurna, rinduku belum enyah ku kunyah sampai sepertiga malam ini. Entah, terlalu menggebu-gebu sampai getir rasanya bagaimana lagi cara meluapkannya selain cara dengan melepas peluh mata air. Merembas lagi, mengumpat tanpa ada yang tau. Memang, sejak fajar menyingsing hingga seperempat senja tubuh kita terpaut hanya hitungan depa bahkan jengkal sekalipun. Aku bahagia, karena hari itu kau sedang semangat-semangatnya. Selamat, kamu berhasil! Semoga beruntung kedepannya. Kemudian, diriku bergeming tugasku hari ini telah usai, dan kemudian raga kita berpisah untuk kembali lagi esok hari dengan kisah yang baru. Tenang, hati dan sukmaku masih teruntuk kamu. Ah, sesaknya merindukan tanpa seonggok kata apalagi sedang puncak-puncaknya. Hari ini hari kita, selamat tanggal 20 bi :)

Senin, 19 Juni 2017

Presipitasi

Hawanya menusuk tulang sejak sore tadi. Awan yang hanya diam sejak pagi, mungkin karena mentari masih ingin berselimut dan enggan menampakkan sinarnya. Tepat jam 3 hatiku gusar tidak karuan, mendadak sekali. Yasudah kujalani saja alurnya, toh aku pun rindu.
Baiklah, dengan segenap keyakinan berkawanlah aku dengan hujan, walau dibalut mantel lama. Menyenangkan, pengalaman baru. Anak-anak itu begitu lugu dan menggemaskan, hati siapa yang tak terpaut padanya. Tak disangka, sudah sejauh ini aku masuk seluk beluk duniamu, mungkin sampai hampir dalam. Lega, terasa hangat semoga aku bisa ikut melengkapinya. Terimakasih tak pernah luput kuhaturkan pada beliau dan segenap rasa senang yang runtut di dalamnya. Maaf jika untuk kesekian kalinya kerepotan melanda, karena aku. Masih deras diluar sana, bumi betah sekali mandi. Mungkin petrichor baru terasa esok pagi. Hari yang tak terduga, begitu pula sosok pembawa kain yang datang tiba-tiba.
Sudah lupakan, berehatlah tabung tenaga untuk esok yang tak terlupakan..

Sabtu, 17 Juni 2017

Simple.

Seperti title, tak terlalu banyak tetek bengeknya. Cenderung apa adanya, praktis. Seperti penampilan kita yang apa adanya, lusuh biar lah lusuh siapa yang peduli. Sudah cukup kenyang namun sedikit lapar. Baiklah, kita berpetualang mencari hidangan pencuci mulut. Sayang, tujuan awal kita tak membuahkan sesuai ekspetasi, tutup. Oke, geser sedikit dan mendaratlah kita di sebuah trotoar dimana ada tempat makan ala-ala tongkrongan jaman sekarang. Mungil, namun berisi. Ya perpaduan yang unik, bisa dibilang estetik. Warna oranye dan hitam berpadu jadi satu, dengan beberapa bohlam kuning penerangnya. Harganya pun ekonomis, tak kan buat kantong menangis. Mie rebus, susu murni, pisang bakar keju coklat, mochacino dingin, dan sekotak roti bakar nutella tertulis di daftar nota. Lahap nian, makanan sekelebat mulai menyusut. Semuanya terlalu menggoda, cukup sudah kenyang.
Potongan terakhir dengan selai nutella yang pekat, terkhusus. Kata orang, puncak kelezatan makanan itu bakal disimpan diakhir santapan, dan aku merelakannya untukmu, yang spesial dimalam sebelumnya, malam ini, dan mudah-mudahan masih ada malam selanjutnya. Makasih loh dah mau anter jemput terus. Maaf kalo selama perjalanan suka cubit-cubit dan gaplok ga jelas, tanda sayang kok sungguh..

Jumat, 16 Juni 2017

Menyapa Bintang

Semalam, rangkaian kisah belum hilang. Masih segar dari pikiran. Nampaknya acara kemarin berjalan biasa saja, ya seperti itu apa adanya, mengalir. Kau begitu semangat, walau kalian harus adu mulut sesama panitia. Sedikit kesal, karena kami hanya berdua. Bendahara yang kesepian, ujar diriku. Sudahlah, aku berusaha membuat hatiku bergeming dengan situasi ini. Toh, nyatanya aku sanggup. Acara selesai, dan aku tetap menunggu. Tak masalah, menungguku beralasan, aku tak takut karena aku yakin tak seorang diri. Hela nafasku terlaksana, seseorang dibalik pintu datang dengan senyum ledeknya. Pandangku tak luput dari tatapnya, kami pun bergegas. Sesaat kemudian.. mulutmu lincah memanggil namaku, dan melambaikan tangan agar aku mendekat. Kemudian, di depan sumber air entah berapa tetes mili yang jatuh, kau membawa mataku menatap langit dan menyapa bintang, katamu itu indah. Memang indah, mahakarya Tuhan dengan seisi ciptaan-Nya. Guratan senyum kita terlukis bersamaan, kemudian menertawakan hal beberapa detik yang lalu. Sekali-kali romantis, haha dasar humoris. Getarnya belum usai, baru kali ini dan pertama kali, meneroka gulitanya malam untuk menyapa bintang, tidak seorang diri. Lalu, perjalanan kita sesaat terhenti karena panggilan alam perut yang belum puas. Makan lah kita, nasi goreng pedas untukmu dan sedang untukku, sayang sekali tak bisa pesan bola ati nan menggemaskan. Jadi ini ya jatuh cinta, jauh sedikit rasanya rindu. Sedang dekat tak mau hilang, alasan kenapa dekapanku cukup kencang, tadi malam.
N.b : dah tau suka sakit perut ya jangan makan pedes mwehehe

Selasa, 13 Juni 2017

Pusara Bapak

Bahkan tersirat aku merasakannya..
Perjalanan panjang memakan separuh waktu, dengan dinaungi awan teduh karena mungkin sang mentari sedang damai tak mengeluarkan pancarnya. Rodanya cukup kokoh, menampung kita cukup jauh. Dengan hati terbata dan penuh kehati-hatian suasana didalamnya. Ada kepedihan dalam diam. Yang tergurat mendalam, sedikit sampai membukit. Tantangan semakin gencar saja rupanya. Membabat yang tadinya rapat. Mudah-mudahan sempatku bermanfaat. Usahaku tak sekedar coba-coba. Mengertilah, jauh di dalam lubuk hati ingin rasanya melihat senyum bangga merekah di wajah kalian. Tuntun aku jika memang aku salah, jangan tinggal kan aku bila aku keliru, tetapi tolong dorong dan dukung agar aku maju. Semua, untuk kalian. Caraku seperti ini, maka mengertilah. Teruntuk bapak, aku rindu. Rasanya ingin ku peluk cium engkau, berkeluh kesah sampai menitikan peluh tiada hentinya. Bagaimanapun aku seorang lelaki yang kelak kan jadi kepala. Dimana bagian dariku akan berhasil tergantung aku. Dengan hawa yang tenang, ku bersihkan pusara bapak. Semut merah berkawanan, bertahta. Bapak, kali ini aku mengunyah rindu sekaligus menelan perkara. Mudah-mudahan sifatmu menurun padaku. Kupanjatkan doa, mungkin itulah cara termahsyur agar bisa memelukmu erat tanpa engkau merasa sakit sedikitpun.
Beristirahatlah bapak, semoga usaha ku membawa berkah untuk kita semua, amiiin...

Senin, 05 Juni 2017

Mengeja-

Gelap cakrawala mengundang tanya. Kemana perginya bulan, mengapa tak hadir satupun bintang. Langit menerima apa adanya. Tidak tergesa-gesa mencela akibat ketidakhadiran mereka semua. Suhu normal saja, tekanan udara tak terlalu berpacu. Detik jam mulai berputar pada porosnya. Satu demi satu, setelah berkedip waktu berjalan sesuai alurnya. Senjangku kian terasa. Selalu kueja bentuknya agar tak terlalu meresap keberadaannya. Hangat, syukurlah kalian melihat semua nampak dari sisi kaca dengan baik baik saja. Tapi berati aku bisa jadi menjelma seorang pengumpat yang menyimpan semuanya. Siapa sangka binar kedua bola mata di baliknya menadah ratusan peluh yang tak terbilang seharusnya. Materilku tercukupi, apapun yang kumau terpenuhi. Terimakasih kalian sungguh teramat sangat berarti. Beberapa tempat satu ruang. Namun sekat diantaranya tak bisa hilang. Tatap kita pekat namun hati kita tak cakap. Raga kita bertemu tapi telepati kita masih beradu, berdamailah keluarkan kata agar dapat memecah kehengingan sebelangga. Rindu sekali, semasa bercengkrama menjadi hal biasa dan sekarang tinggal cerita. Kalian,  sapaan halo terbahagia dan selamat tinggal yang paling sukar sepanjang hayat.
with love,
bungsu