Jumat, 20 Mei 2016

Ceracau Dalam Tuli

       Terik yang hampir hilang disambar senja. Gemuruh bising dua roda melaju dengan kecepatan sedang menelusuri jalan kota. Sepasang insan bercengkrama dalam canda meski kerap kebisuan melanda. Sebongkah lumpia mampu mengganjal rasa hampa dalam cernaku yang menggelayuti cukup lama. Ah terimakasih untuk kesekian kalinya rasa kenyang terbayar sempurna. Kembali kau pacu si gesit roda dua untuk menyusuri jalan kota. Sampailah pada sebuah tujuan dimana bangunan berdiri kokoh dimana kau bernaung dan tinggal. Degup kencang detak jantung mengiringi kehati-hatianku saat mulai berpijak dalam zona mu. Perlahan namun pasti kupandangi sudut demi sudut tempatmu bernaung. Helai demi helai kain terpampang rapi dengan corak warna warni penggugah selera. Atas izinmu kutapaki anak tangga kayu yang tak terlalu banyak jumlahnya. Ah aku tak habis fikir kali ini aku benar-benar memijak areamu secara nyata. Ku perkecil langkahku ketika sebuah bingkai yang bersandar di dinding mampu membungkamku cukup lama. Kuperhatikan cukup seksama, oh ternyata itu sebagian lukisan kisah kalian yang sengaja kalian abadikan dahulu. Indah sekali, aku terkesan. Sungguh degup jantungku semakin tak terarah, gemetar pun menggelayutiku cukup lama. Ku balikan tubuhku dan berusaha mengalihkan dengan hal lain. Dan tenang, aku baik baik saja. Upayaku mengendalikan kalbuku cukup berhasil. Segelas air mineral mampu meredakan rasa nyeriku setitik. Tuhan rengkuh aku dalam dekapmu, berikan aku hati yang lapang untuk menjalani semuanya. Ah apa ini, bukan watakku sebagai pencemburu. Kemudian waktu berjalan seperti biasanya. Mata kita saling bertatap, tolong jangan keluarkan senjata tatapan maut itu, kau curang aku pasti kalah. Rasa tak nyaman menghampiri namun rasa ingin tetap tinggal lebih mendominasi. Perbincangan kita cukup jauh bahkan serius. Lagi-lagi kau mengejutkanku, pengungkapan rasa kedua kalinya kau utarakan, namun bedanya kau meminta kepastian. Awalnya meragu muncul menggelayutiku. Namun rasa percaya cukup besar. Kau rengkuh tubuhku kembali dalam dekap hangatmu. Detak jantung kita saling beradu. Bau parfum bercampur keringat menyeruap dalam indra penciumku. Dasar nakal, aku menyayangimu!

Sabtu, 07 Mei 2016

Pencuri Hati

Kosong, relung hati seketika terasa lebih luas dari biasanya. Penat yang telah lama kuemban dengan manja sudah mulai pudar. Ah, ayolah ini belum berakhir. Lembaran baru kubuka perlahan, kemudian relung kalbuku yang semula terkunci rapat perlahan kubuka setengahnya. Kerap bimbang menyertai dalam setiap langkahku. Kumantapkan petualangan mencari kebahagiaan diluar sana, setelah nestapa menggelayutiku cukup lama. Perlahan tapi pasti ku ikuti skenario Tuhan atas jalan hidupku. Ku jalani dengan ringan hati apapun aktifitasku. Seketika fikirku meneroka, menebak mengapa dia hadir tiba-tiba. Apa tujuan dia sebenarnya? Dia, yang cukup lama ku kenal tapi belakangan ini agak merubah perawakannya. Bagaimana mungkin manusia menyebalkan tiba-tiba berubah menjadi manis tanpa sebab. Jangan berpikiran aneh ya, aku tak mengguna guna dia. Ku tanggapi dia dengan hati-hati, sungguh aku takut sekali saat itu, aku takut terperosok dan tak ada yang bisa menolongku. Bergulat dengan batin lebih menyakitkan dari apapun, sungguh. Percakapan kita semakin intens satu sama lain mulai terbuka. Walaupun tak sedikit halang rintang menggonggong dari sana sini. Aku tak peduli, lagian apa salahku? Aku pun tak ada niat sedikitpun menyakiti orang lain, demi Tuhan aku tak se nista itu. Namun aku tak tau isi hati mereka, bilapun mereka mencaciku aku harap Tuhan segera memberi hidayah atas semua perbuatannya. Ah intinya aku tak peduli apa kata mereka. Selagi aku nyaman, mereka tak punya hak untuk melarangku, aku bukan egois tapi aku juga ingin meraih kebahagiaan sama seperti manusia sewajarnya. Kamu ah kamu tapi hatiku masih ragu padamu. Aku tak buta kode, namun aku hanya menjaga perasaanku dari kamu dasar menyebalkan hehe. Tapi dugaanku sedikit meleset, rupanya kau bisa serius juga. Setidaknya aku jauh lebih mantap akan perjalanan kita saat sore itu, dimana kau merengkuh tubuhku kemudian mengutarakan semuanya dengan berbisik ditelinga kananku. Sepersekian detik detak jantungku mulai tidak karuan. Sedikit terengah ku stabilkan perasaanku, ah sungguh betapa tak pernah terlintas difikiranku hal ini akan terjadi. Selamat, kamu telah berhasil mencuri hatiku.