Jumat, 25 Agustus 2017

Nglilir

22:20
Di separuh ranjang.

Celoteh hewan malam ngak ngik memekik telinga. Sunyi sekali, semua penghuni tertidur pulas. Hanya aku yang masih terjaga, padahal esok hari menanti kerja. Ah makin lebam saja kelopak mata. Sesekali terpejam namun rasa tahan lebih mendominasi. Seperti malam-malam biasanya, dengar alunan bossanova yang membelaiku untuk terkapar pulas. Yang kadang merasa kelabu tapi entah karena apa. Jika tau beritahu secepatnya. Puluhan kali menguap sudah termasuk dengan air mata. Lelah sekali namun belum enggan berehat. Akan seperti apa esok tak tau, semoga sesuai dengan persiapan yang sudah dirancang. Kini tinggal menghitung hari padi yang kuning dituai kemudian bibit yang sedang tumbuh menggantikan kedudukannya. Waktu seakan cepat berlalu. Senang sekali bisa mengenal kalian dan tak muluk juga bertemu kamu. Setelah ini mungkin tak kan seintens dulu. Jangan menjadi jauh karena sejatinya atap kita masih satu. Berat sekali, seperti diantara iya atau tidak setengah sadar aku nglilir...

Jumat, 11 Agustus 2017

Amblas

Pujasera, 11 Agustus 2017
17:32

Perutku keroncongan, perasaanpun demikian. Perlahan, ambyarr pas menukik dalam. Dibalik kaca raksasa, kendaraan lalu lalang, tanpa beban.. jalan sewajarnya. Disini dengan satu set meja makan dengan kursi lengkap formasi empat dibagian sisi panjangnya, penghuninya aku yang lain indraku tak mampu menjangkaunya. Pesananku sudah datang, nasi goreng seafood dengan piring cantik merah menyala. Rancu sekali, dijalan terbayang-bayang saat sudah di depan mata malah tak ingin. Ah terlanjur sudah kubayar juga apa yang sudah dipesan. Semakin riuh saja. Lampion menyala ditimpa sinar bohlam redup. Disini ditujuan keduaku tepat dilantai dua aku seakan asyik menghabiskan apa yang sewajarnya harus kuhabisi. Lebih jauh dari tempat pertamaku menuju, disini hanya selisih 1 lagi lampu merah. Hikmahnya, disini jauh lebih tenang, mudah-mudahan mampu mencuci segala gundah. Dengan cup besar teh beserta balok es yang mungil. Mudah-mudahan gulana ku hilang, melayang, beban berkurang. Berat. Hingga ujung hari dimana lembayung senja hadir aku masih disini, dengan piring yang hanya kuorak arik, seleraku turun drastis. Mendadak kenyang dengan 2 sendok cukup. Berantakan sekali. Kodrat tak bisa ditentang. Adalah jalannya sudah diatur. Mudah-mudahan dengan kenyang perlahan tertata kembali. Pelan-pelan tak lagi amblas. Sedikit bergeming, pikirku tertarik pada sebuah bongkahan bangun ruang berbentuk balok menjulang keatas dengan tembok yang kasat mata. Dan, umpama lift begitu pula rasa dalam hidup, kadang diuji naik turun tanpa persiapan apa lagi aba-aba.

Hari yang panjang, mudah-mudahan cepat selesai..

Senin, 07 Agustus 2017

Koyo

Semelikit rasa, simpang siur hawa dingin menyusup tepat pada tempatnya. Dengan segenap kepegalan beserta uba rampenya menelisik datang tanpa bersua. Teruntuk sehelai putih sedikit lekat, terimakasih sudah menghangatkan. Meredakan keluhku hari ini. Hari yang panjang. Semangat ya, mudah-mudahan berbuah manis, dan teruntuk kamu, jangan pernah bosan untuk bangkit ya.. ibarat tanah liat, hancur-dipukul-dibentuk-terbentuk. Fase kehidupan, seiring sejalan dengan takdir. Sebagai makhluk yang tak punya seberapa derajat bersyukur adalah cara yang tepat untuk selangkah lebih dekat dengan-Nya. Ambyarr.... apapun suasana hati tetaplah menerima. Yang kutulis disini sekedar celotehku malam ini, karna kau pasti tau suaraku tak pernah padam bila ku bersua disini. Apapun yang kutuangkan disini pun bebas, sayang hanya bisa menerima tak ada jawaban. Siapa pula yang iba melihat tulisan rancu tak berfaedah seperti ini. Sayup malam sepoi, andaikan kubisa menggapai awan bak gumpalan kapas dengan gempita yang lekat. Aku ingin bersembunyi dibaliknya. Memperhatikan gerak-gerik bintang yang lincah kilaunya bersautan. Menarik insan dengan sejuta impian. Kemudian mengintip rembulan dengan satu cahya benderang merayu diantara gelap yang pekat, ibarat secarik senyum dipenghujung resah, dari kamu.. menghangatkan.

Rabu, 02 Agustus 2017

Gulana

Sepanjang lorong waktu, sejauh itu lorong kelas. Aku dan kamu dekat terasa jauh. Masih satu atap, satu naungan. Rasanya ingin sekali setiap pagi menyapa kamu, mengajak bersalaman, membuatmu terkekeh kepagian bahkan berbagi air minum satu botol atau mungkin semangkuk berdua makan tahu kupat dengan 2 mendoan sekaligus. Ah seandainya..
Hatiku terlanjur terpaut, dan pandangku tertuju padamu. Tak tertampik, kamu salah satu alasan. Dimana semangatku berkobar melalap. Jadi begini rasanya jatuh cinta pada teman sendiri. Jumpa dengannya senang bukan kepayang. Tak bertemu bilangnya rindu. Kerap mencuil seonggok waktu luang untuk menyelipkan kunyahan rindu yang kian lembut. Hari ini, hawa begitu gemuruh. Begitu pula dengan suasana hati yang kian tak terarah. Gejolaknya semakin tak terbendung. Belum saatnya. Mulut ku bungkam sepersekian saat, cukup memakan waktu. Wajahku seakan kaku ditimpa gulana. Diam, aku harap semua akan luntur begitu saja. Kuputuskan untuk keluar saja dari ruang itu, toh aku sudah tak terlalu dibutuhkan. Kemudian aku menumpang pada kursi panjang tanpa isi, hanya aku. aku berada di sepertiganya, sisanya mungkin ada tapi tak nampak namun logikaku mungkin tak sampai untuk membuatnya nyata. Semilir angin malam membuat sekitarnya serasa hidup. Seakan ikut merasakan gundahnya aku. Hawa dinginnya begitu memekik, menyapaku dengan mesra kemudian beralih sekedar lewat, sepintas. Hitung-hitung aku berusaha lebih memahami sekitarku yang tak punya nyawa sekaligus menunggu kamu. Untuk sekedar berbagi kisah yang bahkan jika digali dalihnya mungkin tak berfaedah. Namun, mungkin malam ini bukan malamku. Tak tepat dan melesat. Sepanjang perjalanan, perjalanan tak selama biasanya. Tiba-tiba sukmaku lebih dalam merasa diam-diam.