Kamis, 09 April 2015

MEMILIKIMU SEUTUHNYA

Wajahmu yang mulai menjauh dari sudut pandangku, rintih dan tawamu yang perlahan menghilang dari pendengaranku, tangan kokoh beserta jari lentik memanjang yang kini jarang menggenggam tanganku erat. Aku sangat membencimu wahai jarak. Situasi yang kau buat sebegitu rumit ini. Serasa aku berada dalam dimensi lain. Ketika apa yang kuucap berbanding terbalik dengan apa yang kurasa. Siksa macam apa ini? Disaat aku membutuhkannya, dia tak ada untukku. Begitupun sebaliknya. Mengapa waktu kita sering tak cocok? Mengapa sulit kugapai dirinya walau sebenarnya jarak antara kita tak begitu jauh. Mengapa ini semua harus terjadi? Harapanku hanya sekedar mimpi. Bertutur kata denganmu, mendengar tawa dibalik senyummu, menggenggam erat tanganmu, kini........ semakin sulit kudapati. Apa semua kesalahan adalah perbuatanku? mengapa karma yang kuterima begitu banyak. Dan kamu? mungkin tak mau menolongku. Tiang-tiang pembatas diantara kita semakin kuat keberadaanya. Sulit kutepis karna sungguh tiang itu sangat kokoh. Keberadaanku masih kalah jauh dengannya. Sukar rasanya ingin mengukir bahagia denganmu walau hanya sekejap mata. Sesuatu yang semu hanya mebawaku jatuh terluka. Namun impian tetap impian, hati kecilku tak pernah bisa lari darinya. Dengan bodohnya aku selalu berharap masa-masa indah kita dulu terulang kembali. Masa dimana kita masih lugu dan malu untuk bertegur sapa satu sama lain. Kenangan yang kau kami ukir begitu luar biasa. Tapi, kenangan tetaplah kenangan. Kini hanya bayangmulah yang mampu kumiliki seutuhnya. Bayangan dalam dunia imajinasiku yang selalu menegrti keadaanku beserta sesuatu yang ku mau. Bayang-bayang yang mampu mengusap tangisku saat batinku terluka, memberi dorongan semangat saat aku mulai jatuh menyerah, dan selalu menggenggamku saat ketakutan menggelayuti hati di pikiranku. Aku bahagia memilikimu seutuhnya, walau.... dalam imajinasiku saja.

Sabtu, 04 April 2015

PRAHARA RINDU

Berkali-kali kutepis namun rasa ini muncul lagi seiring gejolak yang makin besar. Rasa yang perlahan menggerogoti akal dan kalbuku sulit kutepis adanya. Iya rindu. Manusia mana sih yang belum pernah ngerasain rindu/kangen beserta tetek bengeknya. Kali ini Tuhan berkehendak lain, kita belum boleh ketemu. Yayaya, mungkin ini suratan Tuhan yang beliau tulis dan mengenai kapan waktunya aku pun tak mengerti. Mudah-mudahan kau juga punya rasa yang sama. Terkadang waktu memang tak bisa ditebak, dan yang lebih membuat emosi terenyuh ketika waktu kita tak cocok. Menyatukan dua kepribadian memang sulit. Harus ada perjuangan, butuh pengorbanan. Namun jika pengorbanan hanya dilakukan disatu pihak apalah gunanya? bagai pungguk merindukan rembulan, terasa hampa dan takkan pernah terwujud. Sebagai makhluk perasa terkadang air mata sulit kebendung dan egoku muncul tak terkendali.Namun rintihku berkata aku bukan siapa-siapa, sadarlah. Baiklah mungkin sedikit berkhayal bisa mengobati. Tapi ingat, sesuatu yang berlebihan efek yang ditimbulkan kurang baik. Berkhayalah sewajarnya. Semakin lama imajinasiku makin tak terarah. Ah sudahlah kalo memang Tuhan belum berkehendak kita bisa apa? Lelah terkadang menggodaku untuk lekas menyerah. Namun perasaan ini terlalu gigih memepertahankannya. Padahal rasa ini sering menggelayuti pikiran namun pada akhirnya tak kunjung sampai pada tuannya.