Goresan Cerita.
suara yang tak akan padam.
Kamis, 19 Juli 2018
curahan hati
Rabu, 20 Desember 2017
Mutlak
Setidaknya sekarang, bisa menghirup nafas dengan lega,
Terlepas dari belenggu balada perasaan sendiri.
Yang akhir ini menghimpit dada dengan kuat.
Aku bersyukur atas pilihan yang terpilih, semakin yakin keputusan ini adalah yang paling final lagi benar.
Berdasar fakta yang aku terima, tak seharusnya aku menaruh harapan terlalu tinggi dan menyimpan rasa terlalu dalam.
Tak ada rasa menyesal sedikitpun tentang pertemuan, walaupun tragis dalam akhir.
Lebih kurang mencoba memetik pelajaran, dimana pengalaman adalah guru yang paling baik.
Terlalu yakin memberi kepercayaan sepenuhnya pada seseorang bukan hal yang salah, namun tak terduga sasaran lah yang tidak tepat.
Begitu pula dengan menyayangi, mengistimewakan akan sia-sia bila tak ada timbal balik.
Aku, menulis ini tidak dalam keadaan kalut apalagi meneteskan air mata.
Sekarang, pikiranku lebih terbuka.
Perasaanku ikhlas Lillahita'ala melepas semua.
Lagi-lagi bahwa pada orang terdekatpun rasa hati-hati harus ada, tak masuk dugaan luka yang tertancap lebih menusuk bahkan dari orang yang tak dikenal sekalipun.
Rabu, 29 November 2017
Abrasi
5:40
Dinamika perasa.
Euforia bumi mandi bergulir sepanjang sampai detik ini. Curah hujan dengan segenap hawa dingin merasuk tajam hingga ke tulang. Petrichor ambigu hilang begitu saja ketika disembur uap air laut yang terkondensasi. Bumiku lekas subur berkat anugerah Tuhan, maha baik menurunkan rahmat hujan dengan lebih. Bahkan walau dilanda bencana di berbagai titik kota sekalipun turut mendoakan supaya lekas pulih, harus tetap bersyukur dan berkaca, tak ada akibat bila tak punya sebab. Berhitung detik jam hari ini akan segera berakhir. Lambat laun, cepat kilat habis.
Dibabat waktu, dengan beberapa sua yang lama terkunci rapat. Senang sekali, tak ada benci. Namun waktu telah bergulir, rindu rasanya dulu akan perasaan jatuh cintaku yang selalu aku rasakan setiap hari makin hari kian bertumpuk, yang kini berangsur seakan terkikis abrasi. Yang selalu menjadi alasan tawa antusiasku, sekarang kian memudar...
Minggu, 19 November 2017
Pergi
3:31
Ritme hujan.
Dengan ini, langkahku mantap untuk mengakhiri. Pergi, dan segera kan lepaskan apa yang dulu sempat kujaga dengan kasih sayang. Keputus asaan berkecamuk diseluruh celah ronggaku. Cukup, sudah saatnya ku luluh lantahkan bendung yang sempat ku buat kokoh. Tak sampai hati perasaku tercabik. Luka yang mendalam seakan tak ada penawar. Rasaku kaku membeku. Mulutku selalu kelu. Sebanyak apapun dibombardir aku tak kan balas. Bukan aku tak mampu. Tak pernah mau aku menyulut perkara. Heran, perkara lah yang selalu menyulut aku. Aku diam bukan berarti lemah. Diamku adalah pamungkasku. Perjalanan adalah pengalaman. Terimakasih telah mengajarkan bagaimana merasakan berkorban ikhlas secara bersamaan. Kali ini, mutlak ku melangkah untuk pergi mengakhiri semua dengan seberkas memori yang kelak kan jadi abu pada masanya..
Senin, 23 Oktober 2017
rapuh
Rabu, 20 September 2017
sisa semalam
06:00
Meja serbaguna
Pagiku masih abu, berikut dengan tanda tanya yang masih tabu. Sebagaimana sudah dari sana lubuk terlalu perasa. Sedikit saja tersentuh akan luluh, dan sebagaimana terbentur akan hancur. Perihal perasaan yang terkadang rancu tak tau tempat waktu. Merenung, semua sebab. Kiraku setelah terkapar memejam mata semua kan kembali baik saja. Nyatanya masih lekat dalam ingatan memori. Lubuk yang bertanya-tanya, membawa dilema dalam merana. Diam bukan ku tak peduli semuanya. Aku hanya tidak ingin menambah beban siapapun. Aku yang merasa, aku pula yang seharusnya bisa sembuhkan. Entah dengan apapun caranya. Membenarkan yang salah dan merenung..merenung..merenung...
ujung hari
22:47
Diujung dipan
Penghujung hari,
Detik berputar mengelilingi putarnya
Detaknya beradu tak ada irama
Cepat cepat tak terarah,
Pikirku sedang lelah
Digandrungi banyak celah
Baik buruknya tak tau faedah
Bahkan, yang tak harus diketahui
Yang tak tersampaikan
Yang disimpan kian dalam
Sadarlah, lekas terbangun
Balut perasaan sendiri.
Menggebu gebu, inginku lengkingkan suara. Buang semua gundah gulana. Menanti kembali sumringah..