Selasa, 24 Januari 2017

Batu es

Ingin kuungkap namun terlalu rancu.
Tanpa sebab namun timbul akibat. Entah wajar atau tidak, yang jelas aku sedang merasakannya. Peluh mengucur dengan murahnya. Basah merembas diterpa sisa hujan. Langit sore yang jingganya hampir sirna. Diterpa kelabunya mendung terbawa sejuta asa. Perasa yang terlalu pekat ini sedang dibombardir kalut yang dirinya tak tau sebabnya. Kata orang, lazim saja hukumnya untuk wanita. Bahkan banyak yang berkata itu wajar adanya. Sudah kodratnya wanita adalah perasa. Sekarang, aku disini bersama dengan sebuah crispi burger dan segelas es coklat dan kemudian disusul segelas es teh karena entah kenapa tenggorokanku sedang merasa haus-hausnya. Aku baik-baik saja, kau tak usah risau. Aku hanya tidak ingin rasa yang mengganjal ini terlalu berkelanjutan. Jelasnya aku tak ingin membawa masalahku kerumah. Satu kalimat yang membuatku ingat, keluar dari mulut manismu. "Rumahmu, adalah surgamu". Aku tak ingin menodai surgaku dengan perasaan tidak bahagia. Kau tidak perlu khawatir, aku memang terbiasa seperti ini. Tanpa sadar nanti akan hilang sendiri. Ibarat kerasnya batu es lama-lama mencair sendiri. Tanpa alasan dan sebuah perlakuan. Hanya saja malam ini kesunyian sedang bersahabat denganku. Menambah dingin suhu diruangan ini. Terpojok seakan tuli dengan pengunjung yang lain. Menampung puluhan batu es dalam tubuh, padahal hidung ini sedang terasa berat-beratnya.

Jumat, 20 Januari 2017

celoteh di penghujung hari

Teruntuk lelaki pemilik tawa merekah sore tadi,
Terimakasih sudah mengingatkanku untuk selalu menjaga keselamatan dimanapun aku berada.
Yang sabar menghadapi ulah gemrungsungku, walau dengan usil.
Yang selalu ingin dekat denganku dengan curi waktu.
Yang gigih mempertahankan kemauannya.
Yang tak pernah memperlihatkan tangisnya walau kejenuhan sudah melanda sanubarinya.
Kamu hebat, aku terkesan.
Hari ini perasaanku sangat tidak karuan, mungkin bawaan.
Rasanya kepalaku begitu berat dan ingin menumpahkan segalanya.
Pelupukku yang lemah tentu saja sudah merembas tanpa aba-aba.
Perutku seketika mulas karena terlalu banyak makan eskrim yang pikirku itu bisa membuatku lari dari kebisingan pikirku.
Duh gusti, nyuwun pangapunten.
Rindu, serindu-rindunya malam ini.
Perlahan lidah kelu untuk mengungkapkannya.
Seketika hati bergemuruh mengingatnya.
Masih basah dan melekat di ingatan.
Mudah mudahan kebersamaan ini tak lekang oleh waktu.
Terimakasih sudah memperkenalkan aku dengan ibu dan kakakmu, dan mengijinkan kami untuk saling mempererat tali silaturahmi.
Bisa kah gantian dekati ibuku,
Hari ini, bukan ku tak punya permintaan.
Ada, namun tidak melulu.
Sesederhana kamu tetap dekat denganku dan tidak meninggalkanku saat aku sedang jatuh dan jelek-jeleknya.
Jagalah perasaanku sebagaimana mestinya kamulah yang lebih tau.
Sayang...
Pada hati hendaknya malu-malu
Yang tadinya benci siapa yang tau jadi sayang
Yang tadinya apatis siapa ngerti jadi peduli
Dekap hangatmu sore itu masih kalut terasa malam ini
Sungguh tak pernah hanyut dari fikirku
Jauh dari yang ku bayangkan
Si lincah adalah kekasihku saat itu hari ini dan mudah2an sampai nanti..
Kau tau istimewanya angka 8?
Garisnya beriringan dan selalu terhubung.